Ragam

Dentuman Sound Horeg jadi Sensasi Hiburan atau Ancaman Pendengaran?

×

Dentuman Sound Horeg jadi Sensasi Hiburan atau Ancaman Pendengaran?

Sebarkan artikel ini
Dentuman Sound Horeg jadi Sensasi Hiburan atau Ancaman Pendengaran?
Dentuman Sound Horeg jadi Sensasi Hiburan atau Ancaman Pendengaran?/(instagram)

PenaKu.ID – Fenomena sound horeg—hiburan berbasis sound system bervolume tinggi—kian populer di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Menjelang agenda karnaval di berbagai desa dan kecamatan dalam beberapa bulan mendatang, pesta dentuman ini justru menuai sorotan medis.

Promo
Body Rafting

Paket Body Rafting Pangandaran

Serunya petualangan body rafting dengan harga mulai Rp 70.000. Mau!

pangandaranholidays.com

Pesan Sekarang

Dokter spesialis THT setempat mengingatkan pentingnya kewaspadaan publik terhadap risiko paparan suara ekstrem, yang intensitasnya bisa menembus 120 desibel.

Risiko Kesehatan Paparan Suara Keras Sound Horeg

Paparan suara dengan intensitas tinggi dapat menimbulkan trauma akustik, cedera pada sel-sel sensori di telinga bagian dalam.

Aliyah Hidayati, Dokter THT di RSUD Lumajang, menegaskan bahwa efeknya tidak sekadar penurunan ambang pendengaran, tetapi juga bisa memicu:

Tinitus, sensasi denging berkepanjangan
Hipersensitivitas suara, ketidaknyamanan pada volume normal
Nyeri telinga, terutama saat mendengar suara tertentu’

Oleh sebab itu, Aliyah menyarankan penggunaan pelindung telinga—earplug anti-noise atau earmuff—bagi siapa saja yang menonton atau berada dekat dengan lokasi sound horeg.

Respons Pemerintah dan Fatwa MUI soal Sound Horeg

Menanggapi maraknya sound horeg, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur telah mengeluarkan fatwa haram atas praktik ini. Mereka menilai hiburan dengan dentuman ekstrem dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat.

Sementara itu, Bupati Lumajang Indah Amperawati menyatakan belum ada pengaduan resmi terkait keluhan masyarakat—baik lewat kanal Sambat Bunda maupun laporan langsung.

“Karena belum ada laporan keberatan, saya belum mengeluarkan kebijakan tertulis,” ujarnya. Meski begitu, pemerintah daerah terus mencermati tren ini agar keamanan dan kesejahteraan warga tetap terjaga.

Sebagai penutup, masyarakat dan penyelenggara karnaval diimbau bersikap bijak: memprioritaskan keselamatan publik dengan mengatur volume, durasi pertunjukan, dan menyediakan area tertutup dengan level suara terkontrol. Dengan demikian, sensasi hiburan tidak perlu berakhir menjadi ancaman kesehatan.**