PenaKu.ID – Abah Ruskawan seorang budayawan Kab. Cianjur menjelaskan, wabah toun yang sekarang tren disebut pandemi COVID-19 atau CORONA itu sejak zaman para nabi sudah ada termasuk pada jaman nabi terakhir Muhammad Rasulullah SAW, kurang lebih sekitar 14 abad yang lalu.
Ketika Rasulullah Muhammad SAW menjadi pemimpin, jika di muka bumi datang wabah atau pandemi toun, selalu membaca kunut najilah di dalam salatnya setiap waktu, hingga wabah toun tersebut hilang seketika.
Karena mengimani bahwa wabah toun itu berasal dari Allah SWT yang sifatnya memberikan teguran, peringatan atau cobaan terhadap umatnya supaya umatnya takwa pada sang khalik dan kepadanyalah memohon ampunan dan pertolongan dengan membaca kunut najilah di dalam salat fardu maupun salat sunnah.
Di abad globalisasi, abad milenial seperti sekarang, Allah Swt menurunkan lagi hal yang sama namun trennya disebut pandemi COVID-19 atau CORONA yang melanda di alam jagat dunia di setiap negara termasuk di Indonesia.
“Namun, sayang Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam seakan lupa dengan ajaran islam itu sendiri, lupa akan anjuran Rasul Muhammad SAW, bila datang wabah, toun, corona atau pandemi COVID-19 disunahkan melaksanakan protokoler keimanan yaitu berdzikir, shalawat dan membaca kunut najilah pada setiap melaksankan salat,” ucap Abah Ruskawan saat diwawncarai via daring (dalam jaringan), Sabtu (17/7/21).
Abah Ruskawan meneruskan, sekarang itu banyak umat islam yang takut jika tidak melaksankan protokol kesehatan (Prokes), termasuk MUI itu sendiri ikut sibuk menganjurkan mematuhi Prokes. Hingga nyaris tak terdengar adanya ajakan untuk menggalakan melakukan protokol keimanan seperti membaca kunut najilah di dalam salat wajib maupun shalat sunah atau menghimbau umat untuk dzikir pada-Nya [Alloh].
Abah Ruskawan Sarankan Prokes Keimanan
Tapi, kata Abah Ruskawan, di peloksok kampung masih banyak para imam mushola yang memimpin salatnya membaca kunut najilah, namun hanya sebahagian kecil saja. Itu menandakan bahwa dirinya masih punya rasa tanggung jawab terhadap keimanannya.
“Dianjurkannya prokes itu bukannya tidak baik dan tidak setuju, itu pun sama bagus dan masuk logika, masuk akal karena ada beberapa poin di dalam aturan prokes yang sama dengan ajaran Islam dan ada pula yang bertolak belakang. Namun alangkah bijaknya jika protokol kesehatan dan protokol keimanan dijalankan bersamaan,” pesannya.
Ia meminta supaya wabah toun, CORONA atau COVID-19 cepat hilang di muka bumi, dengan itu minimal Gubernur Jawa Barat dan Bupati Cianjur melalui MUI, para ulama untuk mewajibkan setiap salat berjamaah fardu membaca kunut najilah dan yang tidak melaksankannya diberi sanksi pula seperti halnya tidak melakukan prokes.
“Bila perlu diadakan dzikir, taubat akbar lintas agama, karena yakin bahwa wabah pandemi COVID-19 itu berasal dari Allah SWT dan milik Allah SWT sama halnya dengan kita. Maka mintalah padanya supaya toun itu cepat hilang di muka bumi,” tegas Abah Ruskawan.
(a_sam)