PenaKu.ID – Musibah bencana alam yang menerpa Kabupaten Sukabumi telah menimbulkan kerusakan parah di sejumlah wilayah. Data yang tercatat saat ini, sebanyak 39 kecamatan yang terdampak fenomena bencana alam hidrometeorologi, seperti hujan lebat, banjir, longsor, pergerakan tanah, dan angin kencang. Selain merusak infrastruktur, bencana ini juga menyebabkan kerusakan signifikan pada fasilitas umum, salah satunya adalah saluran irigasi baik itu saluran pengairan sungai dan tanggal penahan tanah.
Kepala UPTD PSDA Wilayah Sungai Cisadea-Cibareno, Lusie Musianty S.T., M.P.SDA menyampaikan bahwa dari 12 Daerah Irigasi (DI) yang ada di Kabupaten dan Kota Sukabumi, delapan di antaranya terdampak bencana alam tersebut. Yakni, saluran irigasi DI Cimandiri, DI Cisalada, DI Cipeundeuy, dan DI Cibeureum yang ada di wilayah perbatasan Kota dan Kabupaten Sukabumi.
“Nah, sedangkan untuk saluran irigasi di wilayah Pajampangan yang terdampak dari bencana itu. Diataranya, DI Cikarang Wulung, DI Cigangsa, DI Ciseureuh, dan DI Cibeureum,”, kata Lusie Musianty kepada PenaKu.ID saat ditemui di ruang kerjanya, yang berlokasi di Jalan Raya Bhayangkara, Kota Sukabumi Rabu (18/12/2024).
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa dari delapan saluran irigasi yang terdampak bencana alam tersebut dengan kategori kerusakannya dinilai bervariasi, mulai dari saluran irigasi yang tertimbun longsor hingga tanggul yang jebol akibat banjir. Diantara seluruh daerah irigasi yang terdampak bencana alam di Sukabumi ini, yang paling parah mengalami kerusakan terdapat di wilayah DI Jampangkulon, di mana hampir semua saluran irigasi mengalami kerusakan berat.
“Sedangkan saluran irigasi yang mengalami kerusakan cukup parah itu, berada di saluran DI Cikarang Wulung dan DI Cisereuh Cibeureum yang berada di wilayah Kecamatan Jampangkulon,” cetusnya.
Tak hanya itu sambung Lusie kerusakan pada irigasi ini mengancam kelangsungan irigasi untuk ribuan hektare lahan pertanian. Diantaranya, saluran irigasi DI Cimandiri mengairi lahan pertanian seluas 1.217 hektare, DI Cibeureum 25 hektare, DI Cipeundeuy 515 hektare, DI Cisalada 632 hektare, DI Cikarang Wulung 1.800 hektare, DI Cigangsa 1.200 hektare, dan DI Cisereuh serta Cibeureum 1.200 hektare.
“Jadi, memang ada ribuan hekatare lahan pertanian, khususnya lahan pesawahan yang tidak bisa teraliri air secara maksimal karena terjadinya peristiwa bencana alam itu,” ungkapnya.
Meskipun demikian tambah Lusie, untuk mengatasi kerusakan tersebut, petugas UPTD PSDA Wilayah Sungai Cisadea-Cibareno, bersama dengan petugas penjaga pintu air dan mitra tani, telah turun ke lapangan untuk melakukan penanganan.
“Kami UPTD Cisadea-Cibareno terus berkolaborasi membersihkan material longsoran yang menimbun saluran irigasi, khususnya di DI Ciseureuh. Tim PPA dan mitra cai terus aktif melakukan upaya perbaikan dilapangan guna memaksimalkan pengairan lahan pertanian,” jelasnya.
“Iya, upaya perbaikan ini diharapkan dapat mengurangi dampak kerusakan dan segera mengembalikan fungsi irigasi untuk mengairi lahan pertanian yang terancam kekeringan akibat bencana alam,” pungkasnya.
***