Tutup
PenaRagam

Desa Digital Jawab Tantangan Ekonomi Kreatif Pascapandemi

×

Desa Digital Jawab Tantangan Ekonomi Kreatif Pascapandemi

Sebarkan artikel ini
IMG 20200610 134729
IMG 20200610 134729
Logo Humas Jabar

PenaKu.ID — Pandemi COVID-19 melahirkan tantangan sekaligus peluang bagi para pelaku ekonomi kreatif (ekraf) di Indonesia, khususnya Jawa Barat (Jabar).

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Wishnutama Kusubandio menyatakan, digitalisasi yang terakselerasi selama pandemi COVID-19 menghadirkan peluang besar bagi pelaku ekraf untuk berkembang.

“Sebuah kesempatan bagi kita semua, khususnya para pelaku ekraf, bahwa digitalisasi ini sesuatu yang tidak bisa kita hindari lagi dan harus kita manfaatkan peluangnya,” kata Wishnutama dalam Webinar Kreasi Melawan Krisis yang digagas Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar, Selasa (9/6/20).

Perubahan cara masyarakat memenuhi kebutuhan selama COVID-19 menjadi salah satu faktor pendorong. Wishnutama mencontohkan bagaimana masyarakat menyediakan makan via daring, agar tidak terpapar SARS-CoV-2, virus penyebar COVID-19.

Situasi tersebut, kata Wishnutama, harus direspons oleh pelaku ekraf. “Kita dipaksakan melakukan digitalisasi terhadap segala aspek dalam kehidupan kita. Dari A sampai Z. Kalau bisa digital, kenapa mesti yang lain?” ucapnya.

Wishnutama mengatakan, kampanye Bangga Buatan Indonesia yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekraf RI untuk mendongkrak ekraf Indonesia ipun melibatkan banyak e-commerce. Tujuannya untuk mempromosikan produk-produk buatan Indonesia.

Meski begitu, kata Wishnutama, fokus Kemenparekraf tidak hanya promosi, tetapi juga pembentukan ekosistem digital bagi para pelaku ekraf. Karena untuk menjawab tantangan dan harapan saat dan setelah pandemi, pelaku ekraf wajib melihat peluang dan keunggulan.

“Langkah ini bukan hanya sekadar mempromosikan, tapi juga bagaimana kita membimbing, sampai ke hak intelektualitas untuk membantu para pelaku industri kreatif, agar dapat bisa memanfaatkan peluang atau kesempatan di platform digital apapun itu,” katanya.

“Kita harus juga mempelajari siapa, sih, ‘pemenangnya’ saat era digitalisasi ini. Apakah kita berhenti di sisi produk, atau di sisi distribusi, atau apa yang memenangkan kita nantinya,” imbuhnya.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, Jabar menjawab tantangan dan peluang sektor ekraf saat dan setelah pandemi dengan Desa Digital.

Desa Digital merupakan program pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet dalam pengembangan potensi desa, pemasaran dan percepatan akses serta pelayanan informasi.

Nantinya, seluruh pelayanan publik di desa akan didigitalisasi, koneksi internet akan dibenahi, command center dibangun, dan masyarakat desa dapat memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan sekaligus mengenalkan produk unggulan di wilayahnya.

“Setelah pandemi COVID-19 ini digitalisasi di desa akan menjadi prioritas kami,” kata Kang Emil –sapaan Ridwan Kamil. “Ekonomi kreatif berbasis desa, revolusi digital di desa, itu akan kami perkuat di 2021, sehingga resilience kami akan lebih kuat. Istilah saya tinggallah di desa, tapi rezeki kota, dan bisnis mendunia,” tambahnya.

Sejak diluncurkan pada 10 Desember 2018, Pemda Provinsi Jabar sudah memasang wifi di desa-desa blank spot atau desa tidak memiliki koneksi internet sama sekali.

Di sektor perikanan, ribuan kolam sudah menggunakan teknologi smart auto feeder. Lewat teknologi itu, memberi pakan ikan bisa menggunakan gawai. Hal tersebut membuat panen bisa naik dari dua menjadi empat kali dalam setahun.

Selain itu, sejumlah desa sudah mulai memasarkan hasil pertanian melalui e-commerce. Hal itu menguntungkan petani dan konsumen, karena alur distribusi yang kerap melambungkan harga, dapat dipangkas.

Kang Emil melaporkan, Desa Digital terpilih sebagai Digital Equity and Accessibility dalam ajang IDC Smart City Asia/Pacific Awards 2020, karena dinilai mampu memberdayakan masyarakat dan meningkatkan aksesibilitas informasi melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet.

“Dua minggu lalu, Desa Digital kami mendapat penghargaan di level Asia Pasifik, mengalahkan inovasi dari Selandia Baru dan Australia,” katanya.

Pendiri UNKL 347, Dendy Darman, mengatakan, dalam menghadapi krisis seperti pandemi COVID-19, pelaku ekraf harus mampu memanfaatkan sumber daya terdekat, baik manusia maupun bahan baku.

“Kita bisa survive dengan bagaimana memanfaatkan lingkungan sekitar. Jadi, karena memang, kalau sekarang, dampaknya sama hubungan luar negeri, kita usahakan tidak terlalu banyak ketergantungan sama bahan baku dari luar,” ucapnya.

Dendy juga menyatakan, saat ini, para pelaku ekraf harus memanfaatkan digitalisasi dengan sebaik-baiknya. “Kita bisa langsung berhubungan dengan orang, klien, pembeli, tidak harus ketemu. Sekarang, selain kita fokus memanfaatkan yang ada sekitar kita, kita manfaatin komunikasi seperti online,” katanya.

JS/Hms