PenaKu.ID – Co-parenting atau pola pengasuhan bersama adalah komitmen antara dua orang tua yang telah berpisah atau bercerai untuk tetap bekerja sama dalam membesarkan anak. Tujuannya adalah memastikan anak tetap mendapatkan kasih sayang, perhatian, dan peran aktif kedua orang tua dalam tumbuh kembangnya.
Meskipun hubungan sebagai pasangan telah berakhir, tanggung jawab sebagai orang tua tetap berlanjut. Pertanyaan yang sering muncul adalah, sejak usia berapa co-parenting bisa dilakukan? Jawabannya: bisa dimulai sedini mungkin, bahkan sejak anak masih bayi, namun pendekatannya harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Kesiapan dan komitmen kedua orang tua menjadi faktor penentu utama keberhasilannya.
Fase Bayi dan Balita (0-5 Tahun) untuk Co-Parenting
Pada dasarnya, co-parenting dapat diterapkan sejak anak lahir. Untuk bayi di bawah satu tahun, fokus utamanya adalah menjaga rutinitas, rasa aman, dan keterikatan emosional. Bayi membutuhkan stabilitas tinggi, sehingga jadwal kunjungan atau waktu bersama harus konsisten dan minim stres.
Ketika anak memasuki usia balita (1-5 tahun), mereka mulai memahami konsep ayah dan ibu secara terpisah. Ini adalah waktu yang tepat untuk menerapkan pola yang lebih teratur. Komunikasi yang baik antar orang tua sangat krusial agar anak tidak bingung dengan aturan atau jadwal yang berbeda di dua rumah.
Usia Sekolah dan Remaja (6-18 Tahun) Co-Parenting
Memasuki usia sekolah (6-12 tahun), anak sudah lebih mampu memahami alasan perpisahan orang tuanya dan dapat beradaptasi dengan jadwal yang lebih kompleks. Ini adalah waktu ideal untuk mengembangkan co-parenting yang seimbang, seperti pembagian waktu tinggal yang adil. Kunci sukses di tahap ini adalah konsistensi nilai-nilai pendidikan, aturan rumah, dan pola disiplin.
Saat anak beranjak remaja, mereka mulai memiliki pandangan sendiri. Co-parenting tetap penting, tetapi harus lebih fleksibel dan melibatkan remaja dalam pengambilan keputusan terkait jadwal mereka. Kunci sukses di semua usia adalah komunikasi, konsistensi, dan menghindari konflik di depan anak.**












