PenaKu.ID – Sifat iri dan dengki adalah emosi manusiawi yang umum, namun jika dibiarkan tumbuh, keduanya dapat menjadi racun yang merusak kesehatan mental dan hubungan sosial. Iri adalah perasaan tidak senang melihat kelebihan atau pencapaian orang lain, sementara dengki adalah keinginan agar orang tersebut kehilangan kelebihannya.
Kedua emosi ini berakar pada rasa tidak aman (insecurity) dan perbandingan sosial yang konstan. Alih-alih fokus pada pengembangan diri, energi terbuang untuk mengawasi dan membenci kesuksesan orang lain.
Bahaya terbesar dari sifat ini adalah dampaknya terhadap internal diri sendiri. Iri hati kronis dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, dan perasaan tidak berharga. Emosi negatif ini melepaskan hormon stres dalam tubuh yang dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dalam jangka panjang. Secara sosial, sifat ini mengisolasi seseorang, karena sulit untuk mempertahankan hubungan yang tulus ketika ada kebencian tersembunyi.
Mengapa Iri dan Dengki Merusak Fokus dan Produktivitas
Ketika seseorang terjebak dalam lingkaran iri hati, fokus mereka beralih dari “Apa yang bisa saya lakukan untuk maju?” menjadi “Mengapa dia memiliki itu dan saya tidak?”. Pergeseran fokus ini sangat merugikan produktivitas.
Waktu dan energi mental yang seharusnya digunakan untuk belajar keterampilan baru, bekerja keras, atau membangun jaringan, malah habis untuk membandingkan dan merasa tidak puas. Ini adalah mentalitas kelangkaan (scarcity mindset) yang percaya bahwa kesuksesan orang lain mengurangi jatah kesuksesan untuk diri sendiri, padahal kenyataannya tidak demikian.
Mengubah Iri dan Dengki Menjadi Motivasi Positif
Langkah pertama untuk mengatasi iri adalah mengakuinya. Sadari bahwa perasaan itu muncul. Alih-alih menekan atau menyangkalnya, gunakan itu sebagai sinyal. Tanyakan, “Apa sebenarnya dari kesuksesan orang itu yang saya inginkan?”.
Jika itu adalah etos kerja, belajarlah etos kerjanya. Jika itu adalah keterampilan, belajarlah keterampilannya. Ubah rasa iri menjadi inspirasi. Rayakan kesuksesan orang lain sebagai bukti bahwa hal itu mungkin dicapai. Dengan mengubah perspektif, racun ini dapat diubah menjadi bahan bakar untuk motivasi yang sehat.**









