PenaKu.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas pada perdagangan hari ini, resmi meninggalkan level psikologis 8.000 setelah digempur aksi jual masif. Penurunan tajam ini menandai koreksi terburuk dalam beberapa pekan terakhir.
IHSG Amblas 2,57 Persen
Informasi dihimpun, pada penutupan perdagangan, IHSG melemah sekitar 2,57% atau turun 209 poin, berakhir di level 7.915. Sebelumnya, pada sesi pertama, indeks sempat anjlok hingga 2,22% atau 180,47 poin, menyentuh level terendah di kisaran 7.936–7.944 sebelum akhirnya ditutup lebih rendah lagi.
Transaksi Masif di Tengah Tekanan Jual
Aktivitas perdagangan tercatat sangat tinggi. Volume transaksi mencapai puluhan miliar saham dengan nilai puluhan triliun rupiah, mencerminkan likuiditas besar meski pasar dibayangi tekanan jual kuat.
Beberapa analis menilai, pelemahan IHSG kali ini dipicu oleh kombinasi faktor domestik dan global, antara lain:
Aksi jual pada saham-saham konglomerasi besar. Setidaknya lima saham milik grup besar dilaporkan merosot tajam dan menekan indeks secara signifikan.
Sentimen global dan arus keluar modal asing. Kekhawatiran terhadap kondisi pasar regional dan global memicu aksi net selling investor asing.
Faktor teknikal dan aksi ambil untung. Setelah reli dalam beberapa waktu terakhir, sebagian investor memilih melakukan profit taking, memicu koreksi lanjutan.
Mayoritas Sektor Merah
Hampir seluruh sektor saham bergerak negatif hari ini. Laporan awal mencatat ratusan saham terkoreksi, jauh lebih banyak dibandingkan yang menguat. Emiten-emiten berkapitalisasi besar turut menjadi penekan utama indeks.
Respons Bursa dan Otoritas
Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama pelaku pasar menyoroti volatilitas tajam hari ini. BEI disebut tengah memantau perkembangan dan akan memberikan klarifikasi lebih lanjut melalui pernyataan resmi di kanal resminya.
Apa Artinya untuk Investor terhadap Pelemahan IHSG?
Analis mengingatkan investor jangka pendek agar lebih waspada terhadap risiko volatilitas pasar dan memperhatikan level support masing-masing saham.
Sementara itu, investor jangka panjang disarankan tetap fokus pada fundamental emiten, bukan pada gejolak jangka pendek. Evaluasi terhadap laporan keuangan dan panduan dari penasihat keuangan profesional tetap menjadi langkah bijak di tengah ketidakpastian pasar.**