Pendidikan

Psikiater: Pendidikan Lokal Panca Waluya Bisa Jadi Tameng Remaja

×

Psikiater: Pendidikan Lokal Panca Waluya Bisa Jadi Tameng Remaja

Sebarkan artikel ini
Psikiater: Pendidikan Lokal Panca Waluya Bisa Jadi Tameng Remaja
Psikiater: Pendidikan Lokal Panca Waluya Bisa Jadi Tameng Remaja

PenaKu.ID – Psikiater sekaligus Dokter Ahli Kejiwaan, Teddy Hidayat, menilai bahwa pendidikan karakter Gapura Panca Waluya sejalan dengan prinsip psikiatri modern dalam menangkal cognitive warfare atau perang kognitif yang mengancam pelajar di era digital.

“Semua kearifan lokal kita luar biasa. Pendidikan Panca Waluya, bila disinergikan dengan psikiatri modern, sangat relevan untuk menghadapi cognitive warfare — perang yang menyasar otak, pikiran, dan emosi siswa,” ujar Psikiater Teddy dalam gelar wicara memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di SMAN 8 Bandung, Rabu (1/10/2025).

Ia menjelaskan, remaja rentan terhadap serangan informasi di media sosial karena otak mereka belum berkembang secara optimal. “Usia remaja membuat kemampuan otak mereka belum matang dalam menyaring berbagai informasi,” jelasnya.

Untuk itu, screening kejiwaan dinilai penting guna mendeteksi dini masalah mental yang mungkin dialami siswa. “Setelah itu, kita lakukan mapping untuk menemukan akar masalah, kemudian memastikan diagnosisnya melalui kolaborasi dengan puskesmas maupun rumah sakit,” tambahnya.

Psikiater: Screening Bantu Siswa Mengenal Diri

Sebanyak 1.300 siswa SMAN 8 Bandung mengikuti kegiatan screening tersebut. Teddy menyebut, pengumpulan data hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi lintas instansi, seperti Disdik Jabar, Dinkes Jabar, dan Biro Kesra Jabar.

“Screening ini membantu siswa mengenal diri mereka sendiri. Kenali dirimu, maka kamu akan mengenal Tuhanmu. SMAN 8 Bandung menjadi proyek percontohan, dan bila hasilnya positif, tidak menutup kemungkinan akan diterapkan di seluruh Jawa Barat,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Purwanto, mengapresiasi kerja sama berbagai pihak dalam pelaksanaan kegiatan ini. “Menjaga kesehatan mental berbasis kearifan lokal adalah langkah bersama untuk meningkatkan kesadaran kesehatan jiwa pelajar,” ujarnya secara virtual.

Purwanto menegaskan, program screening kejiwaan ini merupakan bentuk nyata upaya mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat, aman, dan inklusif bagi seluruh peserta didik.**