PenaKu.ID – Kisah Hanoman, sang kera putih sakti dalam wiracarita Ramayana, sangat populer di seluruh dunia. Namun, dalam tradisi spiritual Jawa kuno, terdapat sosok yang diyakini merupakan esensi atau “guru sejati” dari Hanoman, yang dikenal sebagai Sanghyang Ananjaya.
Konon, Sanghyang Ananjaya adalah entitas dewa berwujud kera yang memiliki kebijaksanaan dan kesaktian jauh melampaui apa yang diceritakan dalam Ramayana.
Menurut kepercayaan ini, Hanoman yang kita kenal adalah salah satu manifestasi atau “murid” dari kekuatan agung Ananjaya. Jika Hanoman adalah pahlawan yang menjalankan tugas, maka Ananjaya adalah sumber kekuatan dan pengetahuan di baliknya.
Ia tidak terikat oleh alur cerita Ramayana, melainkan entitas abadi yang bertugas menjaga keseimbangan dharma (kebaikan) di alam semesta.
Sanghyang Ananjaya Perwujudan Energi Angin dan Kesetiaan
Ananjaya, seperti halnya Hanoman, merupakan putra dari Batara Bayu (Dewa Angin). Ia adalah perwujudan murni dari elemen angin: gerakannya cepat, kekuatannya dahsyat, dan keberadaannya sulit diprediksi. Namun, esensi utamanya adalah kesetiaan tanpa pamrih dan pengabdian total terhadap kebenaran.
Energi inilah yang dipercaya merasuki sosok Hanoman, memberinya kekuatan untuk menjalankan misi sucinya. Para spiritualis Jawa meyakini, dengan terhubung Ananjaya, seseorang bisa membangkitkan sifat kesetiaan dan keberanian dalam dirinya.
Sanghyang Ananjaya Lebih dari Sekadar Tokoh Pewayangan
Bagi sebagian penganut kepercayaan lokal, Sanghyang Ananjaya bukanlah sekadar tokoh fiksi, melainkan entitas gaib yang nyata dan masih bersemayam di tempat-tempat sakral di tanah Jawa, seperti di pegunungan atau hutan keramat.
Ia dianggap sebagai penjaga gerbang antara dunia fisik dan spiritual. Berbeda dengan Hanoman yang sering digambarkan dalam seni pertunjukan, Sanghyang Ananjaya adalah sosok yang lebih sering ditemui dalam meditasi atau perjalanan spiritual, memberikan petunjuk dan kebijaksanaan bagi mereka yang tulus mencarinya.**