PenaKu.ID – Umat Islam di seluruh dunia hari ini, Jumat (22/8/25), bertepatan dengan 28 Safar 1447 Hijriah. Dua hari lagi, bulan Rabiul Awwal akan tiba, bulan yang dikenal sebagai momen kelahiran Nabi Muhammad ﷺ.
Menjelang pergantian bulan, para ulama kembali mengingatkan umat muslim agar tidak terjebak pada mitos lama yang menyebut bulan ini sebagai bulan sial.
Rasulullah ﷺ Tegaskan Safar Tidak Membawa Kesialan
Keyakinan bahwa bulan ini identik dengan musibah sudah diluruskan oleh Rasulullah ﷺ. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Nabi bersabda:
“Tidak ada penyakit yang menular dengan sendirinya, tidak ada kesialan (thiyarah), tidak ada pertanda buruk burung hantu, dan tidak ada kesialan pada bulan Safar.” (HR. Bukhari-Muslim)
Para ulama menegaskan, hadis ini menunjukkan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah SWT, bukan karena pengaruh bulan tertentu.
Momentum Muhasabah
Meski Safar tidak memiliki keutamaan khusus, para kiai menyebut bulan ini tetap menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk bermuhasabah atau introspeksi diri.
Sejarah mencatat beberapa peristiwa penting di bulan Safar, antara lain awal hijrah Nabi Muhammad ﷺ dan kemenangan kaum muslimin dalam Perang Khaybar. Karena itu, umat dianjurkan memperbanyak amal saleh, seperti membaca Al-qur’an, berselawat, berzikir, bersedekah, hingga mempererat silaturahmi.
Menyongsong Rabiul Awwal
Rabiul Awwal dikenal luas sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. Allah SWT menegaskan dalam Al-qur’an:
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya [21]: 107).
Para khatib Jumat di berbagai masjid mengingatkan agar peringatan Maulid Nabi tidak berhenti pada acara seremonial, tetapi menjadi momentum memperkuat kecintaan kepada Rasulullah dengan meneladani akhlaknya.
Ketua Umum PBNU, K. H. Yahya Cholil Staquf, dalam salah satu tausiyahnya menekankan pentingnya meninggalkan mitos lama.
“Keimanan kita tidak boleh dicampur dengan mitos dan tahayul. Bulan Safar bukan bulan sial, tapi waktu yang Allah ciptakan untuk kita isi dengan kebaikan,” ujar Gus Yahya.
Dengan begitu, umat Islam diharapkan menyambut Rabiul Awwal dengan hati bersih, penuh rasa syukur, dan semangat memperbaiki diri.**