Sosial

Warga Cianjur & KBB Desak Pembangunan Jembatan Gantung

×

Warga Cianjur & KBB Desak Pembangunan Jembatan Gantung

Sebarkan artikel ini
Warga Cianjur & KBB Desak Pembangunan Jembatan Gantung
Warga Cianjur & KBB Desak Pembangunan Jembatan Gantung

PenaKu.ID – Kepala Desa Kertamukti, Cepi Agustina, mendesak pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten agar segera membangun jembatan gantung sebagai solusi permanen bagi warga di dua wilayah perbatasan, yakni Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung Barat (KBB) Jawa Barat.

“Jembatan ini sangat dibutuhkan warga. Akses jalan yang ada saat ini rawan dan menyulitkan, terutama untuk kegiatan pendidikan dan layanan kesehatan. Di seberang sungai terdapat SMPN 3 Haurwangi yang banyak siswanya berasal dari KBB. Jika harus menyeberang menggunakan perahu setiap hari, selain lambat juga berisiko,” ujar Cepi, Senin (7/7/25).

Promo
Body Rafting

Paket Body Rafting Pangandaran

Serunya petualangan body rafting dengan harga mulai Rp 70.000. Mau!

pangandaranholidays.com

Pesan Sekarang

Ia menambahkan bahwa permintaan ini telah lama disuarakan oleh masyarakat dari dua desa, yakni Kertamukti dan Margaluyu. Menurutnya, keberadaan jembatan bukan sekadar keinginan, melainkan kebutuhan mendesak demi menunjang aktivitas warga sehari-hari.

“Saya mewakili masyarakat dua desa memohon perhatian Gubernur Jawa Barat dan instansi terkait. Pembangunan jembatan gantung ini sangat krusial demi keselamatan dan kesejahteraan warga,” tegasnya.

Cepi berharap jembatan penghubung dapat memperlancar akses antarwilayah, meningkatkan kualitas pendidikan dan layanan kesehatan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat perbatasan.

Jembatan Gantung Dinilai Bisa Jadi Solusi

Salah satu warga Desa Margaluyu, Toto (47), juga menyoroti kesulitan yang dialami masyarakat akibat ketiadaan jembatan. Selama ini, warga hanya bisa menyeberangi Sungai Citarum menggunakan perahu bermesin atau rakit (bargas).

“Hampir setiap hari warga dari KBB menyeberang ke Cianjur, terutama ke Pasar Ciranjang untuk belanja kebutuhan pokok. Ongkos naik perahu sekali jalan Rp10 ribu, pulang-pergi bisa Rp20 ribu. Itu cukup berat kalau dilakukan setiap hari,” ungkap Toto, usai mengantar istri dan anaknya berbelanja.

Toto juga mengeluhkan kondisi sungai yang sering dipenuhi eceng gondok, sehingga menghambat perjalanan perahu.

“Kalau banyak eceng gondok, perahu bisa mogok. Sekarang makin banyak anak sekolah yang harus menyeberang tiap hari. Kami benar-benar butuh jembatan gantung agar akses lebih mudah dan aman,” ujarnya.

Masyarakat berharap pemerintah di semua tingkat dapat segera merespons aspirasi tersebut. Menurut mereka, jembatan gantung merupakan solusi nyata untuk meningkatkan konektivitas dan mendukung kehidupan warga yang saling bergantung di dua kabupaten itu.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *