PenaKu.ID – Rapat peringatan Isra Mikraj dan haul Abah Guru Sekumpul masyarakat Kompleks Keruwing Indah, Handil Bakti, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan, Selasa (21/1/24).
Rapat masyarakat Kompleks Keruwing Indah ini diselenggarakan di Rumah H. Wendy Ardi dan Hajah Agustina, tepatnya di Rumah Mama Dinda.
Peringatan Isra Mikraj dan haul Abah Guru Sekumpul masyarakat Kompleks Keruwing Indah, Handil Bakti, Barito Kuala, akan bergulir pada Kamis, 23/1/25, bada Isya, terbuka untuk umum.
Makna Isra Miraj, Keagungan Baginda Nabi Muhammad Saw
Isra Mikraj adalah peristiwa penting dalam Islam yang melibatkan perjalanan malam Nabi Muhammad SAW.
Pada malam tersebut, Nabi Muhammad melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah (Isra) menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem, kemudian dilanjutkan dengan Mikraj, yaitu naik ke langit hingga Sidratul Muntaha, tempat tertinggi yang hanya dapat dicapai oleh nabi.
Dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad menerima perintah langsung dari Allah SWT mengenai kewajiban saalat lima waktu.
Isra Mikraj mengandung makna spiritual yang mendalam, mengajarkan tentang pentingnya kedekatan dengan Allah, serta memperkuat keimanan umat Islam.
Mengenal Abah Guru Sekumpul
Abah Guru Sekumpul, yang memiliki nama asli Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari, adalah salah satu ulama besar Indonesia yang lahir pada 11 Februari 1942 di Kampung Tunggul Irang Seberang, Martapura, Kalimantan Selatan.
Beliau dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki ilmu tinggi, kecerdasan luar biasa, dan pengabdian yang besar dalam syiar Islam, khususnya di Kalimantan.
Sejak kecil, Abah Guru Sekumpul sudah menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang agama. Pada usia 7 tahun, beliau telah hafal Al-Qur’an, dan pada usia 9 tahun, berhasil menghafal kitab Tafsir Jalalain.
Pendidikan agama beliau dimulai di Madrasah Kampung Keraton yang dipimpin oleh pamannya, Tuan Guru Muhammad Semman, sebelum melanjutkan ke Pondok Pesantren Darussalam Martapura selama 12 tahun.
Perjalanan Ilmu dan Dakwah Abah Guru Sekumpul
Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya di Martapura, Abah Guru Sekumpul memperdalam ilmu agama dengan berguru kepada ulama-ulama terkemuka di Kalimantan dan Pulau Jawa.
Penguasaan beliau dalam ilmu syariat dan tarekat menjadikannya mursyid yang dihormati, terutama di kalangan pengikut tarekat Sammaniyah.
Abah Guru Sekumpul memulai dakwahnya dengan menjadi pengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura.
Namun, setelah 5 tahun, beliau memutuskan untuk membuka pengajian di rumahnya. Pengajian yang beliau adakan menarik perhatian banyak jamaah dari berbagai daerah seperti Banjarmasin, Rantau, Hulu Sungai, hingga Kotabaru. Dakwah beliau terkenal karena kelembutan bahasa, kedalaman ilmu, dan keteladanan akhlak.
Karya Tulis dan Warisan Ilmu Abah Guru Sekumpul
Sebagai ulama yang produktif, Abah Guru Sekumpul meninggalkan sejumlah karya tulis yang menjadi rujukan dalam keilmuan Islam, di antaranya:
- Manaqib Syekh Sayyid Muhammad bin Abdul Karim al-Qadiri al-Hasani as-Samman al-Madani
- Risalatun Nuraniyyah fi Syarhi Tawassulat as-Sammaniyah
- -Nubzah fi Manaqib al-Imam al-‘Azham al-Faqih al-Muqaddam
- -Ar-Risalah fi Auradil Mufidah
- -Al-Imdad fi Auradi Ahlil Widad
Melalui karya-karya tersebut, beliau menyebarkan ajaran Islam yang moderat, mendalam, dan penuh kasih sayang.
Akhir Hayat Abah Guru Sekumpul
Abah Guru Sekumpul wafat pada 10 Agustus 2005 akibat penyakit gagal ginjal. Beliau meninggalkan jejak yang tak tergantikan dalam dunia dakwah Islam.
Ribuan jamaah menghadiri pemakamannya sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan pengabdian beliau.
Ikuti dan Update Berita dari PenaKu.ID di Google News
**
