PenaKu.ID – Dalam dunia trading, khususnya pada saham dan forex, strategi Death Cross menjadi salah satu sinyal teknikal yang paling diperhatikan.
Strategi ini dikenal dengan kemampuannya memprediksi pergerakan pasar bearish secara akurat, yang sering kali diikuti oleh aksi jual besar-besaran.
Namun, strategi ini bukan tanpa kelemahan. Untuk meningkatkan akurasinya, muncullah strategi Double Death Cross, modifikasi lanjutan yang dapat memberikan pemahaman lebih mendalam terkait durasi dan kekuatan tren bearish.
Mengenal Strategi Double Death Cross
Death Cross adalah kondisi teknikal yang terjadi ketika garis EMA (Exponential Moving Average) berperiode kecil memotong ke bawah garis EMA berperiode besar. Misalnya:
- EMA 50 (periode kecil) memotong ke bawah EMA 200 (periode besar).
Sinyal ini menunjukkan perubahan sentimen pasar dari bullish (optimis) menjadi bearish (pesimis), yang sering kali memicu aksi jual besar-besaran. Namun, untuk memastikan sinyal ini valid, diperlukan beberapa konfirmasi tambahan.
Startegi ini adalah pengembangan dari Death Cross yang melibatkan analisis lebih kompleks untuk menilai apakah tren bearish hanya sementara atau akan berlangsung lebih lama
Kombinasi dua sinyal ini memberikan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi bagi trader sebelum mengambil posisi jual (short) atau menutup posisi beli (long).
Strategi ini adalah alat yang efektif untuk trader yang ingin memanfaatkan pergerakan bearish di pasar dengan lebih akurat.
Dengan menggabungkan dua sinyal teknikal dari persilangan EMA, strategi ini memberikan kepercayaan lebih dalam membaca kekuatan tren dan mengurangi risiko sinyal palsu.
Namun, seperti strategi lainnya, pendekatan ini tetap memerlukan kehati-hatian, analisis tambahan, dan manajemen risiko yang solid.